Hanya puisi

SATU EPISODE TERTINGGAL

Celoteh pohon pada angin

Angin, kenapa hembusanmu kian kencang?

Hingga dahan, akarku gemertak

Bahkan patah

Angin, kenapa hembusanmu begitu kencang menyesakan?

Kepulan asap pembakaran

Menusuk hatiku

Angin, kenapa hembusanmu begitu berkabut?

Penuh dengan jelaga hitam

Menumpuk memenuhi dapur-dapurku

Celoteh ikan pada sungai

Sungai, kenapa dirimu bak jelaga

Radioaktif, jasad belerang

Dan logam sekarat membunuh jutaan

Spesiesku

Celoteh angin dan sungai

Kenapa daku dipersalahkan

Daku tidak mengerti apapun

Bahkan daku hanyalah makhluk naïf

Kenapa aku dipersalahkan

Daku tidak mengerti apapun

Bukankah daku hanyalah

Bagian benda mati dari sekelumit kehidupan

Kenapa daku dipersalahkan

Tanyakan pada berjuta gedung menjulang

Tinggi

Tanyakan pada mesin industri, cerobong

knalpot, reaktor

Tanyakan pada kotak dan kardus plastik atau

serat sintetis

Celoteh gedung menjulang, mesin industri,

cerobong knalpot, reaktor, kotak dan kardus

plastik atau serat sintetis

Kenapa daku dipersalahkan

Bukankah aku hanyalah sekelumit kecil

Rekayasa manusia

Lalu, apa celoteh manusia

Tidak ada komentar: